meminjam dan mengembalikan buku. Pustakawan dianggap sebagai orang yang
pekerjaannya meminjamkan dan mengembalikan buku. Tidak dipungkiri, ini adalah
stigma umum terhadap perpustakaan dan pustakawan. Namun, telah ada perpustakaan dan pustakawan
yang pekerjaan dan kegiatannya tidak sekedar meminjamkan dan mengembalikan buku.
menjadi pembicara pada seminar yang
diselenggarakan oleh FPPTI DIY (19/5). Prof. Djoko Saryono (UM) dan Dr. Taufiq
Abdul Gani (UNSYIAH).
landasan fundamental bahwa perpustakaan itu penting. Dengan merujuk pada
sejarah peradaban manusia, yang tidak bisa dipisahkan dengan pustaka, kemudian
peran pustaka yang mampu membawa ide masa lalu tetap dapat dinikmati sekian
periode setelahnya. Terkait pengembangan perpustakaan, ditekankan pentingnya
cermat memandang peluang dan penempatan yang tepat tentang posisi perpustakaan.
“Berfikir
cepat, untuk menentukan posisi perpustakaan dalam sebuah institusi itu penting”,
jelas Prof. Djoko.
Prof. Djoko memoles perpustakaan UM menjadi lebih membumi dan berperan sebagai tempat
berkumpulnya berbagai pihak dengan berbagai latar belakang untuk berdiskusi
tentang berbagai hal. Untuk mewujudkan hal ini, Prof. Djoko membangun komunitas
Kafe Pustaka dengan jargon “Kate nandi bro, ngopi kene lho iso pinter“. Ngopi merupakan kependekan dari ngobrol-pinter. Konon kabarnya, Prof.
Djoko menyenangi kopi. Mungkin ini juga menjadi alasan pemilihan “ngopi” dari
pada “ngeteh”.
melibatkan berbagai pihak, dengan tanpa “ngrusuhi” anggaran. Kegiatan di KP
juga dilakukan dengan kerjasama berbagai pihak; mahasiswa, komunitas eksternal
dan lainnya. Hal ini yang menjadi nilai lebih dari seorang Prof. Djoko. Luasnya
pergaulan, sangat berperan dalam membuat ide dan mengerjakannya. “Peristiwa dan
kegiatan ilmiah = pustaka”, demikian tegasnya terkait kegiatan di KP UM, yang
setiap bulan menembus 20-an kegiatan.
Komunitas yang bergabung di KP ini,
disebut Prof. Djoko dengan komunitas epistemik, dengan berbagai latar belakang,
strata sosial dan strata pendidikan untuk menawarkan ide-ide terkait topik
bahasan.
dilakangan pustakawan akrab dipanggil dengan TopGan. Perubahan besar terhadap
perpusakaan Unsyiah terjadi di era Pak TopGan. Di antaranya mendapatkan
akreditasi dari Perpusnas, lolos ISO 9001:2008. Selain itu, sebagai seorang
kepala perpusakaan dua periode, TopGan juga mendapatkan Lifetime Achievement
Award dari BEM Unsyiah atas ide kreatifnya dalam pengembangan perpusakaan
Unsyiah. Tentu saja, hal ini adalah “akreditasi” level tertinggi kepada sebuah
perpustakaan, karena dikeluarkan dari pengakuan pemustaka langsung.
Lalu bagaimana kiprah TopGan dalam mengembangkan
perpustakaan?
komunitas, partisipasi pengguna dan infrastruktur.
mengubah ide baru yang masih imajinatif menjadi kenyataan, menghasilkan solusi
dari pola tersembunyi yang tak berhubungan. Ditekankan bahwa jika kita punya
ide namun tak bergerak untuk mewujudkan ide itu, kita adalah orang yang
imajinatif namun tidak kreatif.
pustakawan dan pemustaka, sebagai backup kegiatan harian yang bersifat
perulangan agar dapat meminimalisir kebosanan di perpustakaan. Atas dasar hal
tersebut, perpustakaan Unsyiah bergerak untuk berubah menjadi tempat yang
terbuka, tempat berekspresi, punya penekanan (impresi). Berbagai terobosan yang
dilakukan adalah pengaturan tata ruang yang mendukung gaya belajar mahasiswa,
berkolaborasi dengan mahasiswa dengan menyelenggarakan kegiatan Relax and Easy
@unsyiah_lib, optimalisasi jam layanan.
Tidak. Di sinilah kejelian TopGan. Tidak jauh beda dengan Prof. Djoko, membagi
peran dengan berbagai pihak yang punya kepentingan dengan perpustakaan adalah
jalan terbaik agar perubahan dan keberlangsungan perubahan tersebut tetap terjaga.
Optimalisasi jam layanan didukung dengan peran mahasiswa yang tergabung dalam
Volunteer @unsyiah_lib. Relax and Easy diselenggarakan dengan membidik tema dan
pihak tepat. Kejelian melihat situasi yang ada di sekitar, sangat penting. Publikasi
kegiatan Perpustakaan Unsyiah diserahkan pada mahasiswa yang gemar menulis yang
tergabung dalam Librisyiana.
membagi
peran dengan berbagai pihak yang punya kepentingan dengan perpustakaan adalah
jalan terbaik agar perubahan dan keberlangsungan perubahan tersebut tetap terjaga
Penghargaan pada berbagai pihak yang turut mendukung
perpustakaan, juga dilakukan. Bukan hanya mahasiswa yang rajin, namun juga
dosen yang paling banyak membawa mahasiswanya ke perpustakaan. Penghargaan pada
kemauan mahasiswa/dosen ke perpustakaan juga diwujudkan dalam pelonggaran
aturan “tas boleh dibawa masuk ke perpustakaan”. Tentunya beberapa hal ini
menjadikan perpustakaan benar-benar milik semua, yang harus dijaga oleh semua.
mempengaruhi, penentuan skala prioritas, sangatlah terlihat dalam peran Prof.
Djoko dan Dr. Taufiq Abdul Gani dalam pengembangan perpustakaan.
nyata di mata pemustaka, perluasan kekuatan perpustakaan pada kebijakan formal
tetap dilakukan. Senat, rektor, biro keuangan, biro perencanaan adalah beberapa
pihak yang harus diperhatikan dalam perluasan aspek formal tersebut. Bagaimana
menembusnya? Mengubah wajah perpustakaan, menghadirkan peran baru dan penting
perpustakaan, kemudian mengubah mindset para pemimpin tersebut untuk
menempatkan perpustakaan benar-benar pada tempatnya yang sesuai.
Slide Prof. Djoko Saryono, dapat diunduh di klik, makalah unduh di klik. Slide Dr. Taufiq Abdul Gani, dapat diunduh di klik.