FPPTI DIY diundang pada Seminar Nasional “ Informasi, Perilaku dan Trend Pengembangan Perpustakaan” pada tanggal 10 Maret 2011 di UC UGM. Menampilkan 3 pembicara yaitu Dr. Neila Ramdhani (Psikologi UGM), Ida Fajar Priyanto, MA (Kepala Perpustakaan UGM) dan Aditya Nugraha, ST., MS ( Kepala Perpustakaan Universitas Kristen Petra).
Ketiga pembicara mengajak peserta seminar untuk melihat pengembangan perpustakaan dalam berbagai perspektif. Dari disiplin Ilmu psikologi , Neila mengajak perpustakaan untuk melihat bahwa perilaku pengguna terhadap keberadaan informasi saat ini sudah berubah. Perpustakaan harus melihat kenyataan bahwa pemustaka yang dihadapi sekarang adalah generasi millenial (generasi Y) yang hidup dengan informasi dari berbagai media, sehingga tidak puas memandang perpustakaan hanya dengan koleksi buku dan koleksi tercetak lain. Perpustakaan perlu menyediakan fasilitas membaca dengan menyediakan sarana prasarana IT yang memadai dengan koleksi elektronik untuk melengkapi koleksi yang ada sehingga mengakomodasi kebutuhan pemakai. Neila juga memberikan contoh model penerimaan teknologi yang dapat dilakukan oleh perpustakaan agar diakses secara maksimal oleh pemustaka. Model menggunakan kombinasi teori Davis mengenai penerimaan teknologi yaitu Technology Acceptance Model (TAM) dan Teori Perilaku Terencana yang dikembangkan oleh Ajzen. Dengan teori tersebut memperlihatkan kegunaan yang akan didapatkan oleh perpustakaan jika mengetahui perilaku pemustaka, yaitu bahwa fasilitas akan selalu digunakan jika memenuhi unsur utama bahwa informasi mudah digunakan (perceive ease of use) dan persepsi bahwa informasi yang didapatkan akan berguna (perceived usefulness).
Sejalan dengan masalah pengembangan perpustakaan, Ida Fajar Priyanto dalam makalahnya “Perubahan Perilaku Informasi dalam Masyarakat dan Perpustakaan di Asia dan Amerika “ memberikan contoh-contoh nyata perkembangan perpustakaan dari sisi fasilitas yang memadai dengan penggunaan teknologi informasi yang telah dilakukan oleh perpustakaan di Asia dan Amerika sebagai perbandingan pengembangan perpustakaan di Indonesia. Perubahan-perubahan yang telah dilakukan seperti ruang diskusi, dan ruang-ruang yang memfasilitasi pemustaka untuk bekerja secara kelompok (learning commons) merupakan fasilitas fisik yang sebaiknya diadakan. Model-model yang ada menunjukkan perpustakaan mengurangi space ruangan untuk displai koleksi tercetak dengan menambahkan ruangan untuk kepentingan pemustaka. Infrastruktur benar-benar diperhatikan untuk dukungan layanan seperti layanan chat, blog dan layanan lain yang menunjang.
Aditya Nugraha, dalam makalah Visibilitas Perpustakaan : Virtual dan fisik menyoroti bahwa saat ini perpustakaan masih memprioritaskan visibiltas fisik. Visibilitas fisik seperti arsitektur, interior gedung dan koleksi tercetak merupakan aset perpustakaan yang sangat penting dengan dukungan suasana yang bersih, teratur, tenang dengan pustakawan yang ramah. Visibilitas ini akan lebih lengkap apabila ditunjang dengan visibilitas virtual seperti online katalog, fasilitas jejaring sosial, situs perpustakaan yang memadai. Visibilitas virtual tidak terbatas hanya pada kegiatan online atau internet, tidak dapat diabaikan adalah layanan virtual seperti telpon, email, personality pustakawan dalam pelayanan akan menjembatani kebutuhan pemustaka yang kian beragam.
Dari ketiga pembicara dapat disimpulkan bahwa dengan melihat perubahan perilaku informasi pemustaka, dilengkapi dengan pemahaman tentang fasilitas perpustakaan yang memadai , perpustakaan harus dapat menjembatani kebutuhan pemustaka di era globalisasi ini. (Susi UAJY)